StreamWTF
Cerita Dewasa - Dengan Kakak Kandungku
Patricia adalah perempuan yang berusia 25 tahun dan saat ini sedang kuliah di fakultas kedokteran. Cantik? Jangan ditanya lagi. Aku, Lawrence berusia 18 tahun. Baru saja kelas 3 sma. Patricia adalah kakak kandung aku.
Orang tua kami jarang di rumah sehingga aku dan kakak aku selalu berdua setiap hari. Patricia sendiri juga sudah mau menyelesaikan kuliah nya. Dia memang sangat pintar dan kepintarannya jauh di atas rata rata. Bukan tak mungkin dia sendiri bahkan lebih hebat daripada dosen nya sendiri.
Hubungan aku dan kakak memang sangat dekat. Dia sendiri juga sangat menyayangi aku seperti pacarnya sendiri. Patricia juga tipikal perempuan yang mandiri. Dia pandai mengatur waktu dan sangat rajin dan tidak suka menghabiskan waktu untuk omong kosong tidak jelas dengan teman teman nya.
Di rumah, Patricia sering berpakaian terbuka. Tak jarang dia tidak memakai bra sehingga aku bisa melihat puting susu nya itu. “Napa Gak telanjang sekalian aja sih? Menyiksa lahir batin aja lu!” Kataku dalam hati. Tak jarang juga kakakku ini sering menggandeng tanganku kalau kami berdua sedang keluar rumah seperti ke mall etc.
Tak sedikit yang mengira kalau kami ini adalah sepasang kekasih. Tinggi tubuh kami juga… ya hampir sama.. cuma Aku lebih tinggi sedikit. 177cm. Kakakku 173 cm. Sangat tinggi untuk ukuran wanita. Pernah sekali dia ditawarkan menjadi model tapi karena dia fokus dengan kuliah nya, dia menolak.
Kami berdua keturuan Chinese. Papa mama kami selalu di luar kota dan belum tentu sebulan 1x mereka pulang. Kalaupun pulang, 3 hari lagi juga menghilang tanpa memberikan kabar. Biasa. Bisnis. Kami ada seorang pembantu yang datang di pagi hari dan pulang di sore hari.
Sejak dulu, kedua orang tua kami sudah sering bepergian dan jarang pulang. Alhasil kakakku lah yang datang mewakili kedua orang tuaku. Saat pengambilan rapor, semua teman temanku naik yang cowok atau cewek senantiasa terpukau oleh kecantikannya.
Banyak yang mengira dia adalah pacarku karena kami selalu bergandengan tangan. Teman teman perempuanku banyak yang cemburu dan yang laki laki banyak yang iri. Patricia juga bisa mengendarai motor besar seperti nsr.
Kakakku kalau baru pulang kuliah selalu saja memeluk diriku dan mencium aku. Awalnya aku agak risih tapi lama lama terbiasa dan mulai muncul nafsu terhadap dirinya. Dia meski sudah 20 tahun lebih, masih suka bermanja manja dengan diriku.
Kadang kami nonton bersama sambil tiduran bersebelahan dan kadang dia minta dipangku juga sampai tertidur. Kami sering tidur berdua dan dia selalu memakai kaos ku kalau tidur dan selalu melepas bra nya.
Aku sendiri lama lama semakin nafsu dan Aku memberanikan diri untuk mencium kening dan pipi kakakku saat dia sedang tidur. Ternyata dia belum tidur dan dia tahu Tapi pura pura saja.
Suatu malam saat dia sudah tertidur, aku mencium kening dan kopi nya. Entah mengapa kali ini aku penasaran dan mencoba mencium bibirnya. Patricia sungguh sangat cantik sekali malam itu dan aku juga semakin tergoda.
Dasar dia emang iseng. Saat aku selesai mencium bibirnya, matanya langsung terbuka lebar dan mengagetkan aku. “Baaaaaaaaa. Nakal ya Dedek.,” katanya sambil tertawa dan mencubit pipiku.
Aku kaget dan ketakutan juga mau jari tapi tangan kakakku langsung menahan tubuhku dan memeluknya dari belakang. Dia sama sekali tidak marah dan malah tertawa sambil meledek aku.
“Dedek nakal ya. Hehehe. Dikira cece gak tahu dedek sudah ngapain aja? Sini cece cium dulu. Muaachh. Dedek dah gede sekarang. Cece makin sayang sama dedek. Hmmmm” katanya sambil memeluk dan mencium pipiku.
“Ce. Maafin dedek. Soalnya dedek lihat cece cantik banget malam ini. Maaf ya ce” kataku dengan penuh ketakutan.
“Maaf apaan sih dek. Cece senang tau. Cece cuma mau punya pacar seperti dedek. Makannya cece gak mau pacaran dulu sampai sekarang.. mau cari cowok seperti dedek mah susah” kata dia.
Aku pun melepaskan pelukan itu dan memeluknya kembali juga mencium keningnya. “Ce. Dedek juga mau punya pacar cantik seperti cece tapi gak akan ada. Aku cuma sayang cece saja” kataku kepadanya yang membuat dia tersenyum genit serta memegang dagu ku.
P: dek. Hmmmm.. emang dedek Gak bisa menemukan perempuan yang lebih baik dari cece? Hehehe.
L: belum ketemu sih ce. Ada juga belum tentu senyaman sama cece.
P: nanti juga ketemu kok dedek sayang. Dek. Dah malam. Dedek bobo yuk. Cece mau dipeluk ama dedek malam ini. Boleh kan dek? Hehehe..
L: ok ce. Sini aku peluk ce. Hiya hiya. Hehehe
Kami berdua pun tertidur dengan lelap sampai besok pagi. Kami berdua bangun dan bersiap siap untuk pergi. Patricia akan ke kampus dan dia akan mengantar aku ke sekolahan ku. Aku masih di kelas 3 sma saat ini dan bersekolah di salah 1 sekolah international di ibu kota.
Dia selalu menggunakam motor balap kesayangannya itu. Setiap kali teman temanku di sekolah mendengar suara motor balap, mereka semua langsung mengalihkan pandangannya ke kami apalagi mereka mau melihat kakakku. tapi sia sia karena tertutup helm.
Pukul 2 siang, aku selesai sekolah dan menunggu kakakku menjemput aku di halaman sekolah. Setelah dia tiba, kami langsung pulang ke rumah. Setiap kali kakakku melepas helm dari kepalanya, rambutnya yang indah itu langsung terurai sambil menggoyang goyangkan kepalanya serta menebarkan ketombe nya (bohong kok.
Setelah itu, kami berdua membereskan rumah seadanya karena sebelum nya sudah dibersihkan oleh pembantu yang sudah pulang. Ada yang tak beres dengan diriku hari ini. Kepalaku mendadak sakit dan aku merasa demam.
Aku kemudian meminum obat dan mandi. Aku awalnya berpikir kalau ini hanya gejala demam saja alias bukan demam serius. Ternyata setelah mandi, demam ini tetap ada dan tak kunjung sembuh.
Aku kemudian meminta obat ke kakakku. Dia yang di fakultas kedokteran tentu sangat familiar dengan hal ini. Bertingkah selayaknya professional, dia menyuruhku tiduran dan membuka bajuku serta menggunakan stethoscopes untuk memeriksa detak jantung ku yang semakin kencang karena ada wanita cantik di depanku.
“Halllaah. Perkara sepele. Dedek sayang dah minum obat kan tadi?”
“Udah ce. Tuh paracetamol. Tapi gak kunjung sembuh.”
“Sabar dedek sayang. Nanti kalau gak sembuh, cece beliin obat buat dedek. Dedek bobo dulu ya. Nanti cece buatin bubur kesukaan kamu.” Katanya sambil mengusap rambutku.
“Malas makan ah ce. Gak nafsu” kataku àgak ngambek
“Kalau cece suapin mau kan?” Ledek Patricia
“Itu mah dengan senang hati ce” kataku tersenyum usil.
“Nakal. Heheh. Nanti cece bawa ke kamar ya dek. Dedek tiduran aja ya. Yuk ke kamar dulu” kata Patricia sambil menggenggam tanganku dan menuntun aku ke kamar kami tidur. Ya kami sering tidur berdua.
Aku disuruh berbaring di tempat tidur dan dia menyelimuti aku serta mencium pipi dan keningnya dengan penuh kasih sayang. Setelah itu dia langsung kabur menuju ke dapur untuk membuat bubur dari beras yang sudah hancur.
Aku tiduran dan pelan pelan mata ini menjadi semakin berat seperti beban hidup. Akhirnya Aku tertidur juga… Aku kemudian merasakan sesuatu di bibirku, rasanya seperti disedot. Aku kira kakakku iseng menggunakan vacuum cleaner untuk membangunkan aku (jangan dicoba di rumah ya).
Aku pelan pelan membuka mataku dan yang aku lihat pertama kali adalah kakakku yang sedang memejamkan matanya. Dia sedang menciumi bibirku. Aku langsung membuka mataku dan membalas ciumannya. Sial dasar. Dia malah berhenti dan meledek.
“Yeay. Dedek dah bangun. Sini cece suapin. Buka mulutnya sini. Aaaaaaa” kata Patricia. Aku pun membuka mulutku dan dia memasukan bubur itu dengan sendok ke mulutku. Masak pakai sekop.
Dalam waktu singkat saja, bubur itu habis. Dia memberikan Aku air hangat segelas dan menyuruhku meminumnya. Aku semakin sayang dengan dirinya dan juga tak malu bermanja manja dengannya..
Setelah minum air hangat itu, dia menyuruhku berbaring di ranjang. Patricia sudah tak ada lagi yang harus dikerjakan. Dia kemudian berbaring di samping ku dan memelukku di tubuh nya… tepat di payudaranya. Bukan ngantuk, malah darah ini jadi mendidih. Bukan marah bukan gerah tapi bergairah meski harus sedarah.
Dia tak hanya memelukku tapi juga mengusap dan membelai rambut aku dengan lembut dan penuh kasih sayang. Sesekali dia mencium keningku dan malah menyanyikan lagu love songs dengan lembut dan merdu.
Aku juga bingung. Terapi apaan coba nih? Mau minta dikelonin apa mau menyembuhkan pasien tanpa obat? Ah asal sembuh aja dah… demam gak enak. Ya sakit mana ada yang enak? Tak lama kemudian aku tertidur lelap sampai besok pagi.
Ketika aku bangun di pagi hari, kakakku sudah tak ada (bukan meninggal dunia ya) di tempat. Aku masih terlalu lemah untuk bangun. Aku tidak masuk sekolah hari ini dan tiba tiba pintu dibuka. Kakakku datang membawa vaksin berisi air hangat dan selembar kain.
L: ce. Cece gak kuliah?
P: gak dek. Cece kan off hari ini. Cece akan rawat dan urus dedek seharian. Kamu sudah membaik belum dek?
L: dah ce. Gak usah lah ce. Dedek gak gimana banget kok. Aku dah mendingan sih. Cuma pegel aja
P: iya dedek sayang. Itu masih belum sehat namanya. Dek. Tadi pagi pagi cece dah bangun bikin bubur buat dedek. Dedek sekarang buka baju sama celana dulu sini. Cece mau bersihin badan dedek.
L: hah?? Buka baju sama celana? Telanjang gitu ce?
P: iya lah dek. Dah yuk gak usah malu dek. Dulu waktu dedek masih kecil juga cece sering lihat dedek dimandiin mami kok. Jadi cece dah tahu dalamannya dedek kayak gimana. Hiya hiya. Lagian cece kan dokter nanti. Lihat ginian mah gak aneh lagi. Yuk buka baju nya sini. Kalau gak mau ya cece bukain ya.
L: ter… terserah cece dah. Aku pasien mah pasrah aja.
P: kalau semua pasien bisa bekerja sama seperti ini mah.. asik dah. Bikin hidup lebih mudah… cece buka semua baju kamu ya dek…
Akhirnya kakakku yang cantik itu membuka semua pakaian aku sampai aku telanjang bulat. Aku tidak menduga dan tidak bisa berbuat banyak karena tubuhku sangat lemah dan pegal. Kakakku saat itu hanya memakai tank top abu abu tanpa bra dan celana pendek berwarna hitam.
Meski penampilan kakakku sangat menantang dan merangsang, aku tidak bisa ereksi karena lelah dah lemah. Saat kakakku melihat kemaluan ku, dia tertawa kecil karena sedang melempem. Dengan pelan dam sabar juga rasa kasih sayang kakaknya ke adiknya, dia membersihkan tubuh ku mulai dari muka, leher, dada, tangan sampai perut.
Bagian itu, dia masih saja sempat meledek. “Kecil kayak waktu dedek masih kecil tuh. Hiihihih. Colek ah… hihihi” katanya sambil tertawa dan mencolek penis ku yang memang belum ereksi saat itu. Setelah menguras kain itu, dia membersihkan kemaluan ku dengan teliti.
Aku bisa merasakan tangannya yang lembut itu menyentuh semua permukaan penisku. Meski aku belum ereksi, aku mulai terangsang apalagi ketika dia juga mulai membersihkan selangakangann aku. Tak tahan lagi, penis aku akhirnya ereksi dan kakakku tertawa.
“Hiya hiya. Haha. Dedek nakal. Dedek dah gede. Dah bisa berdiri burungnya. Untung dah disunat ya dek. Kalau belum, mau gak cece sama temen temen cece sunat in dedek nanti. Burung dedek dipajang rame rame. Hiya hiya. Asik kan dek. Hehehe” katanya sambil tertawa.
Kakakku yang usil itu baru saja membersihkan pahaku dan betisku, namum sejak si otong bangkit, kakakku kembali membersihkan penisku lagi.
“Hiya hiya. Besar dan keras. Ada urat juga. Kayak binaraga nih burung dedek. Hehehe. Tadi padahal lucu tuh. Kecil ngumpet. Hehehe. Punya dedek termasuk gede loh.” Kata kakakku sambil cengengesan.
“Eh cece. Malu mah ce. Emang gede banget apa punya ku? Hiya…” kataku sambil meledek.
“Iya Dek. Punya dedek gede. Bersih sekarang nih burung. Hehehe. Muach” kata kakakku sambil mengecil penisku.
“Eh. Terangsang ya… hayooo. Apa nih? Coba cece pegang. Hehehe. Ada air apa nih di atas? Hehehe. Cairan pre cum. Hiiiii.. dedek cabul. Heheh. Terangsang ya lihat cece? Apa terangsang karena dimandikan? Ini baru di lap doang dek. Hehehe” kata Patricia sambil menempelkan jari telunjuknya di ujung penisku dan memainkan cairan pre cum aku.
Setelah itu, kakakku membersihkan penis ku lagi dan membersihkan tangannya. Kemudian dia datang membawakan aku pakaian baru dan membawakan aku bubur semangkuk. Aku kemudian disuapi lagi oleh nya. Rasa nafsu dan cinta bersatu dan bergumul di hatiku sekarang.
Aku kadang berpikir dan berharap semoga kami berdua hidup abadi bersama awet muda karena bagiku, kakakku adalah yang terbaik untukku. Dia tak akan pernah tergantikan. Aku sangat sayang dia meski dia kakak kandung ku.
Seharian kakakku dengan sabar dan penuh kasih sayang merawat diriku. Aku merasa terharu dan semakin sayang kepadanya. Kakakku berkata kalau aku dah sehat karena panas tubuhku sudah menurun tapi masih belum sembuh total alias masih lemas untuk bergerak.
Dia dengan pelan membawaku ke kamar mandi untuk dimandikan. Hanya mendengar kata ajaib itu saja, aku sudah terangsang. Penis ku langsung tegak berdiri dan dia melepas semua pakaianku sampai telanjang.
“Yuk Dek sini. Cece mandiin kamu dulu. Habis Ini kamu akan lebih sehat. Sabar ya dedek sayang. Heheh.” Katanya dengan senyum manisnya. Aku pun dimandikan oleh kakakku sampai bersih. Dia menggunakan tank top nya yang berwarna hitam tanpa bra dan celana hotpants nya berwarna abu abu.
Semua tubuhku dijamah dan disentuh olehnya termasuk kemaluan ku yang sudah tegak berdiri dari tadi. Dia tersenyum sambil tertawa kecil saat membersihkan kemaluan ku. Semua bagian penisku diraba dan dibersihkan. Setelah selesai dimandikan, aku dibawa ke kamar dan disuruh berpakaian.
Dia menyuruhku untuk tetap berbaring dan menunggunya karena dia mau memanaskan bubur untuk ku nanti. Setelah makan bubur, aku diberikan obat. 3 jam kemudian Aku sudah pulih total. Di malam yang sama, dia masih dengan setia berbaring di sampingku..
Kami ngobrol ngobrol selama 3 jam sampai aku merasa lelah dan tertidur. Patricia tidak pernah meninggalkanku saat aku tidur. Sesekali dia menciumi pipi dan membelai rambutku dengan lembut dan penuh cinta.
Di saat aku terbangun, dia langsung memelukku dan menyanyikan lagu love song. Suara kakakku sangat merdu. Dia juga ada bakat menyanyi tapi dia memilih untuk menjadi dokter. Sikapnya sungguh sangat keibuan meski usianya masih muda.
Esok harinya jam 5 pagi aku terbangun. Tak tahu sudah berapa lama aku ada di alam mimpi. Aku melihat kakakku masih tertidur lelap. Dia pasti merasa lelah karena sudah merawat dan menjaga aku seharian. Aku kemudian membelai rambutnya yang indah itu dan mencium bibirnya dan pipinya.
Aku pun kembali tiduran lagi dan masih menatap dirinya yang masih tidur nyenyak sambil kugenggam dan kucium tangannya. Tak lama kemudian, dia terbangun dan aku pura pura tidur. Dia tampaknya tahu kalau aku pura pura tidur. Kakakku kemudian mencium bibirku dan membelai mukaku dengan lembut.
“Dek. Udah gak usah pura pura tidur. Cece dah tahu kamu dari tadi ngapain aja. Hehehe. Dedek nakal.” Katanya sambil tertawa dan kembali memeluk ku dengan hangat dan erat.
“Hiya hiya cece sayang. Hehee. Dah bangun ce? Ce.. makasih ya dah jagain aku dari kemarin. Aku sayang cece.” Kataku sambil mencium bibirnya lagi.
“Dedek memang anak manis. Cece juga sayang sama dedek kok. Dedek jangan nakal ya. Sekolah yang rajin. Jangan pacaran Dulu dek. Nanti cece cemburu. Hehhee” kata kakakku sambil menciumi bibirku lagi.
“Iya ce. Dedek tahu. Cece kan sering lihat reports card (rapor) dedek. Mana ada yang jeblok? Bagus semua kan? Hehehe. Cece tau gak kalau cece ke sekolah ambil rapor, semua temen temen aku pada memuji cece loh.. hiya hiya… Heheh.. apalagi pas mau pulang ambil rapor, cece kan suka gandeng tangan aku..
“Hehehe.. siapa Dulu dong dedek nya? Hehehe… Dedek ganteng.. hihihi. Temen temen cece juga banyak yang seneng ama dedek. Banyak yang bilang kalau kita jalan, kita kayak orang pacaran dek” kata kakakku sambil menggenggam kedua tanganku.
“Masa iya sih ce? Hehehe. Habis cece mukanya masih kayak anak sma. Cantik awet muda. Hehehe. Badan cece juga bagus banget kok. Perut rata.” Kataku sambil memujinya.
“Haaaaa hiya hiya. Cuma perut aja yang dipuji. Hehehe. Yang lain nggak?” ledek kakakku menggoda.
“Apanya yang lain kak?” Tanyaku kepada dia sambil tersenyum.
“Ya.. yang ini mungkin? . Hehehe. Dedek mah berlagak dodol. Hehehe…” kata kakakku sambil menunjuk ke payudaranya.
“Eh cece mah. Hehehe. Itu mah biar Aku aka yang puji dalam hati. Hehehe. Pokoknya badan cece bagus deh. Ditambah cece rajin olah raga. Makan sehat. Aku juga badannya jadi bagus karena cece yang bantu loh. Aku beruntung banget punya cece. Makin sayang Aku ama cece.” Kataku sambil mencium tangannya.
“Dedek. Jelas aja cece sayang banget sama dedek. Cece gak ada siapa siapa di dunia ini selain dedek. Mama papa jarang pulang ke rumah. Cece cuma ada dedek seorang. Jelas saja cece sayang banget sama dedek. Makannya kalau misalnya dedek ada pacar, cece akan gak tenang. Takut pacar dedek orangnya gak beres.
“Cece sayang. Tenang saja ya. Dedek gak akan bikim cece sedih. Aku selalu mau bikin cece senang apapun itu ce. Cece masih ngantuk kan? Cece bobo lagi gih. Makasih ya cece sayang.” Kataku sambil mencium bibir dan kening nya.
Kami berdua kembali tidur lagi sambil berpegangan tangan selama beberapa menit karena aku harus kembali sekolah dan kakakku ada kuliah hari ini. Kami berdua bangun dan bersiap siap untuk pergi ke sekolah dan kampus.
Karena kesehatan ku yang belum pulih 100%, kakakku menggunakan mobil BMW nya yang berwarna hitam. Mobil itu hanya dipakai pada edisi khusus saja seperti pesta atau acara tertentu yang mengharuskan dia atau kami berdua memakai pakaian formal dan tentunya cuaca.
Setelah melewati hari yang panjang dan melelahkan, kami pulang ke rumah dan beristirahat. Kakakku masih tetap memantau kesehatan aku. Setelah aku mandi, kakakku memasak makanan untuk makan malam. Dia juga jago masak. Multitalented woman. Serba bisa dan cepat belajar.
Setelah makan malam, aku duduk di sofa menonton tv drama korea. Kakakku yang baru mencuci piring dan akhirnya menyusul duduk di sampingku dan nkntkn bersama. Kami menyaksikan banyak adegan romantis di film itu dan kakakku meletakan kepalanya di bahuku (sengaja atau tidak, dia yang tahu jawabannya).
Aku pun menyambutnya dengan merangkulnya dan mencium rambutnya yang wangi karena baru keramas. Sadar tak sadar kedua tangan kami mulai saling berpegangan dan kakakku menatapku dengan genit dan manja.
Aku pun membalasnya dengan tersenyum dan menatap matanya dengan dalam. Kakakku pun melebarkan senyumnya dan terlihat sangat senang. Suasana saat itu sungguh romantis. Aku merasa dia saat itu seperti kekasih ku, bukan kakak kandungku.
Kami pun melanjutkan menonton dan dia kini menaikkan kedua kakinya ke pahaku seperti minta dipangku. Aku pun menggendong nya agar dia dapat duduk nyaman dipangkuanku. Mata kami kini tidak lagi melihat televisi. Mata kami saling bertatapan.
Dia tersenyum dengan tatapan menggoda. Aku pun menyambutnya dengan membelai muka nya dan mencium bibirnya. Ciuman itu disambut hangat oleh kakakku. Kami berdua berciuman dengan mesra dan hangat. Penuh kasih dan cinta tanpa menyadari hubungan darah yang kami miliki.
Kakakku, seperti biasa, dia hanya memakai tank top tanpa bra dan celana hotpants. Dia sungguh terlihat cantik sekali malam ini apalagi ketika dia mengikat rambutnya ala messy bun. Sungguh menggairahkan. Kami berciuman dan memainkan lidah lidah kami juga.
Patricia memang cantik dan selalu tampil feminim meski senantiasa membawa motor balap nya. Tak jarang dia memakai bando dengan pita yang memberikan kesan feminim dan terlihat seperti anak kecil.
Setelah kami berciuman dengan gila, aku menggendong kakakku ke kamar dan membaringkannya di ranjang. Dia tersenyum manja dan menggoda. Kedua tangannya sudah merangkul leherku dan menariknya agar dekat ke wajahnya untuk berciuman lagi.
Aku naik ke ranjang dan kami melanjutkan ciuman kami lagi sampai kakakku mendesah dengan lembut dan memberi tanda kalau dia suka juga bergairah. Kami menghentikan ciuman kami dan aku kembali menatap matanya yang indah itu.
Tangannya kini membelai mukaku dan aku mendekatkan wajahku lagi ke kakakku untuk mencium keningnya. Setelah itu dia dengan kedua tangannya memegang wajahku dan menariknya lagi ke wajahnya agar bisa berciuman kembali dan kali ini dia lebih bersemangat.
Dia kembalikan tubuhnya dan melepas ikat rambutnya sehingga tergerai dengan sangat indah. Aku pun semakin terpukau dengan kecantikan kakakku sendiri. Aku merasa Aku memilih untuk tidak menikah daripada kehilangan kakakku sendiri.
Sumpah mati deh. Siapa yang tahan kalau begini? Kedua tanganku kini memegang pinggangnya dan kedua tangan kakakku masih merangkul leherku seolah dia tak mau melepaskan ciuman ini untuk selamanya… edan. Emang gak usah ke wc apa?
Kakakku akhirnya melepaskan bibirnya dariku dan dia mulai tertawa. Aku pun juga tertawa dan membelai wajah cantiknya itu. Dia pelan pelan menurunkan tubuhnya ke atas tubuhku. Aku pun membelai rambutnya dengan lembut.
Patricia sangat nyaman berada di atas tubuhku. Matanya masih tertutup dan dia mulai bertanya sesuatu kepadaku.
“Dek. Dedek sayang sama cece kan?”
“Iyalah ce. Sangat sayang sekali. Cece gimana? Sayang ama dedek Gak?” Tanyaku sambil tersenyum.
“Dedek mau tah jawabannya?” Tanya dia sambil tersenyum.
“Iya lah cece sayang” jawabku manja.
“Ini jawabannya” kata dia dan langsung menghajar bibirku tanpa izin seperti supir bis brengsek yang motong jalur orang tanpa kasih lampu sein.
Kamipun melanjutkan ciuman kami layaknya sepasang pengantin baru. Desahan demi desahan terdengar di kamar kami. Patricia sangat bergairah malam itu seperti sedang kesetanan. Kakakku mulai kelelahan dan dia menghentikan Ciumannya seraya berkata kalau tadi itu adalah jawabannya dari pertanyaanku.
“Dedek suka kan jawaban dr cece? Hehe. Gak pakai ngomong tapi langsung bertindak. Keren kan? Hehehe. Dek. Cece dah capek. Kita bobo yuk. Sini cece peluk kamu. Biar sembuh” kata kakakku.
Aku mengangguk tanda setuju. Setuju karena suka jawaban dari dia dan saat nya untuk tidur. Kepalaku dibenamkan di dadanya yang tak memakai bra itu dan dia juga membelai rambutku dengan lembut. Sesekali dia menyanyikan lagu lagu love songs tahun 70an.
Kami berdua memang suka lagu lagu tua seperti the Beatles, carpenters, stevie wonder etc. Kami juga bisa dan suka bermain piano. Terkadang kami main berdua bersama sama. Kami memiliki banyak kesamaan hanya beda kelamin saja.
Tak lama kemudian, kami berdua tertidur sampai pagi dan bangun untuk beraktivitas kembali seperti biasa. Kakakku kali ini sedang libur. Setelah dia mengantarkan aku ke sekolah, dia pergi ke tempat gym. Di sana, dia selalu jadi pusat perhatian lelaki hidung belang karena tubuh dan kecantikannya.
Seperti biasa, jam 2 siang, kakakku sudah menanti aku dengan motor balapnya. Ketika suara motor itu terdengar, semua murid di sekolah mengalihkan pandangannya ke motor itu. Kakakku memberikan helm nya kepadaku dan menyuruhku mengemudikan motor itu.
Suara siulan dan sorakan diarahkan ke kami berdua. Kakak adik rasa suami istri. Aku pun yang diberikan kehormatan untuk membawa motor itu langsung tancap gas dan pergi dari sekolahan ku diiringi suara suara jahil dari teman temanku yang iri.
Setelah sampai rumah, aku langsung dan beristirahat. Kakakku mengajakku pergi ke bioskop nanti malam untuk nonton. Kami pun pergi berdua ke mall untuk nonton dengan mobil dan selama kami di dalam mall, kami selalu bergandengan tangan seperti kekasih.
Setelah kami kembali dari mall, kami berdua ngobrol ngobrol santai di kamar. Saat mengobrol, kakakku tiba tiba mendekatiku dan meminta untuk duduk di pangkuan ku. Aku meletakkan kakakku di pangkuan ku dan dia menyandarkan kepalanya di dadaku.
“Dek. Kamu tahu gak suara paling indah yang pernah cece dengar apa?” Tanya nya kepadaku.
“Apa ce? Suara kentut?” Jawabku meledaknya.
“Nakal. Hehehe. Suara detak jantung dedek. Cece senang mendengarnya. Cece betah duduk dipangku ama dedek. Apalagi saat dedek membelai rambut cece sambil dimainkan. Rasanya nyaman banget.” Kata nya yang membuatku luluh dan sangat tersentuh.
Aku pun mencium keningnya dan dia menutup matanya karena dia merasa sangat nyaman di pelukanku. Tak lama kemudian aku membaringkan dia di atas ranjang karena aku sudah mulai pegal dan dia menatapku dengan penuh makna kasih sayang.
Aku mendekati wajahnya dan kami pun berciuman dengan mesra. Kedua tangannya merangkul leherku dan aku memeluk punggungnya dengan erat. Kamu berdua sudah mengganti pakaian kami dengan pakaian tidur. Dia memakai tank top nya dan celana hotpants pendek yang memamerkan kemulusan betis dan paha nya.
Aku hanya menggunakan kaos dan celana pendek biasa sehingga penisku yang sudah keras dari tadi menonjol dan dapat menyentuh serta menggesek gesekan vagina kakakku yang tertutup oleh celananya. Aku bisa merasakan nafas kakakku yang semakin menggebu gebu itu.
Dia kemudian membalikan tubuhku sehingga dia kini berada di atas tubuhku dan terus menciumi bibir ku dengan lembut. Bibir dan lidah kami saling beradu dengan penuh gairah dan rasa cinta.
Kakakku akhirnya menghentikan ciumannya dan menatap ku dengan penuh nafsu. Pandangan matanya berbeda dengan sebelumnya. Dia menatap ku dengan tajam dan kembali menciumi aku dengan lebih liar.
Tak tau sudah berapa lama kami berciuman sampai dia merasa lelah. Dia melepaskan ciumannya dan berkata kalau dia sangat mencintaiku dan aku tak tergantikan di hatinya. Aku juga mengatakan kalau dia juga tak akan bisa digantikan oleh siapapun.
Dia mulai meneteskan air mata nya karena terharu dengan ucapan ku tadi dan langsung membaringkan tubuhnya di atasku. Aku pun dengan lembut membelai rambutnya dan kini aku yang menyanyikan lagu love song dan membuatnya tertidur dengan lelap.
Besok paginya dia terbangun dan melihatku belum memejamkan mata. “Dek. Dedek bobo gak? Cece semalam ketiduran. Badan dedek nyaman. Hehehe. Belum lagi dedek semalam nyanyi buat cece. Maaf ya dek. Tapi kan ini hari sabtu. Cece gak kuliah. Dedek gak sekolah. Jadi dedem tidur aja nanti ya sayang.” Katanya sambil mencium bibirku dan membelai rambutku.
Aku hanya mengangguk dan langsung memejamkan mataku karena tak bisa tidur semalaman. Kurang lebih 6 jam kemudian, aku terbangun dan langsung mandi. Kakakku sudah menyiapkan makanan. Setelah mandi, aku makan dan belajar. Ya belajar. Senin udah ujian bro. Masak kelayapan. Stres kali ya…
Aku belajar dari siang sampai malam. Kakakku dengan setia menemani aku. Dia membiarkan cemilan dan teh juga kopi. Cikal bakal kena asam lambung ini, pikirku. Tapi bukan masalah. Ada obat maag yang setia menemaniku juga.
Sekedar info saja. Aku mengambil jurusan ipa. Aku ingin menjadi arsitek nanti karena aku berbakat dalam menggambar dan matematikaku juga termasuk yang terbaik di sekolah bahkan guru ku saja sampai mengaku kalah terhadap kepintaranku.
Ujian akhirnya tiba. Dari senin sampai jumat. Dengan percaya diri aku mengerjakan semua soal soal itu dengan mudah. Setelah ujian selesai, aku dan kakakku pergi berdua jalan jalan alias liburan ke Australia selama 1 minggu.
Selama kami di sana, kami senantiasa berfoto berdua dengan mesra sampai semua teman teman aku yang melihatnya menjadi sangat iri dan cemburu. Tak sedikit siswi perempuan di sekolah itu yang tertarik kepadaku tapi aku tak tertarik dengan mereka karena aku mau mencari perempuan dengan pemikiran dewasa.
Di lain pihak, ada banyak juga mahasiswa yang tergila gila kepada kakakku tapi semua diabaikan olehnya. Kakakku hanya ingin fokus mengejar cita citanya dan selesai kuliah lebih cepat. Dia tak peduli akan kehilangan masa mudanya. Buat dia, hura hura lampu disko itu hanya omong kosong tak berguna. Well…
Kami di sana sudah terlihat seperti sepasang kekasih. Ke mana mana berdua dan selalu bergandengan tangan kecuali ke wc umum. Kami tidur bersama 1 kamar dan 1 ranjang juga. Semua baik baik saja sampai suatu malam, kakakku entah kenapa mengajak aku berendam berdua di bathtub.
Tawaran menarik. Kami masih bisa jaga batas sejauh ini meskipun aku yakin dia juga rela menyerahkan keperawanan nya kepadaku tapi aku juga (untuk saat ini) belum mau mengambilnya. Mencintai tidak sama dengan nafsu yang identik dengan membuka celana. Dengan memberikan perhatian dan kasih sayang itu sudah cukup.
Dia menyuruhku untuk menunggu dengan sabar di kamar sementara dia menyiapkan air panas untuk kami berendam. Dengan sabar aku menunggu sampai kemudian kakakku memanggil aku untuk masuk ke kamar mandi. Dia sendiri sudah berendam tapi tubuhnya tertutup oleh busa busa sehingga tidak terlihat jelas dan sialnya…
Suek! Nanggung bener sih. Bikin kepala atas bawah sakit luar dalam, tapi gak masalah dah. Better than nothing. Akhirnya Aku disuruh melepas semua pakaian ku sampai telanjang.
“Udah dek. Gak usah malu. Kan cece dah pernah lihat semuanya pas cece urus kamu waktu sakit. Yuk sini dek. Masuk pelan pelan.” Kata dia sambil mengulurkan tangan untuk mengajakku berendam berdua dengannya. Aku dengan senang hati meraih tangannya yang lembut dan dia pun tersenyum lebar.
“Dek. Puter balik deh. Cece mau bersihin punggung kamu dulu dek.” Kata dia. Aku memutar tubuhku membelakangi dia dan kakakku dengan kedua tangannya yang lembut menggosok punggungnya dengan lembut dan pelan. Setelah selesai, dia membilasnya sampai bersih dan dia memeluk aku dari belakang sambil berbisik di telingaku, “I love you”.
Aku tersenyum dan memutar tubuhku. Kakakku tersenyum manja dan aku langsung memegang dagunya dan mencium bibirnya dengan mesra. Setelah itu aku juga berkata I love you ke kakakku. Di dalam bathtub itu, dia membersihkan seluruh tubuhku termasuk yang di bawah sana.
Ketika dia memegang kemaluanku, dia tertawa kecil dan berkata, “dedek nakal. Dedek sekarang udah gede. Dulu cece juga pernah mandiin dedek waktu dedek masih bayi. Hehehe. Cuma masih dibantu ama mama. Sekarang cece sendiri yang mandiin dedek. Sini sayang. Cece cium dulu” katanya sambil meledek dan mencium pipiku.
“Dedek Gak usah malu ya sayang. Dedek kan laki laki. Wajar saja lah kalau itunya berdiri” kata kakakku dengan lembut sambil tersenyum.
“Yeh. Cece mah. Dedek malu. Eh cece sebagai wanita emang gak terangsang gitu ce? Hehehe” tanyaku penasaran. “Hmmm tergantung sih dek. Cece mah bisa aja kalau mau. Kita wanita tuh lebih suka dirangsang secara psychology. Dengan kata kata manis dan pujian. Rangsangan fisik mah juga penting. Tapi kita wanita menggunakan perasaan.
Cece gak mungkin tertarik kalau disuruh bercinta dengan orang yang cece gak sayang. Gak akan sekalipun ganteng kayak orang orang korea di film drama itu. Kenapa? Karena cece gak ada perasaan cinta. Beda dengan dedek. Cece ada perasaan cinta dan sayang. Cece bisa saja terangsang. Heheh” jelasnya dengan panjang lebar sambil tersenyum manis.
“Ce. Hmmm…” aku tak melanjutkan kata kataku dan langsung membenamkan wajahku di dadanya. Kakakku langsung membelai rambut dan kepala ku dengan lembut. Wajahku juga dibelai oleh nya dan akhirnya kami berdua berciuman dengan lembut dan mesra.
Kedua tangannya memegang wajahku dan aku memeluk punggungnya sampai dengan tak sengaja aku melepaskan tanduknya. Kakakku mungkin tahu tapi dia tampak tak peduli. Sebagai adik yang baik (hallah. Pantat ayam dasar. Baik palelogede), aku mengambil handuk itu dan menutup tubuhnya lagi.
Dia tersenyum senang saat aku menutupi tubuhnya. Mukanya terlihat sangat riang gembira. Kakakku berkata kalau dia sangat senang dengan sikapku yang sangat gentleman dan sopan.
Dia mencium bibirku dan memeluk dan berbisik, “Dedek. Dedek orang yang pantas untuk melihat tubuh cece. Cece tadi sangat senang dengan sikap dedek. Cece kagum dan salut. 99.9% tidak akan ada laki laki seperti dedek di dunia ini. Cece makin sayang sama dedek”.
Air mata kakakku menetes dan mulai menangis terharu. Aku tidak menduga akan mendapatkan respon seperti ini dari kakakku. Tentunya aku sangat senang. Dia pun meletakan kepalanya di atas dadaku dan aku membelai rambutnya dan mencium kepalanya.
Tak lama kemudian, dia berkata untuk segera mandi alias bilas karena terlalu lama di bathtub tidak bagus untuk kesehatan. Sebelum dia berdiri, dia melepaskan lilitan handuknya dan memegang kedua tanganku untuk berdiri.
Kami berdua berdiri dan aku… melihat seluruh tubuh kakakku yang telanjang bulat. Dia tersenyum malu sambil menundukkan kepalanya. Sesekali dia melihatku dan menunduk lagi.
Muka cantik dan tubuh indah ditambah kulit putih mulus dikali Payudaranya sangat sempurna. Tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Perut nya sangar rata, rambut kemaluannya hanya ada sedikit dan rapih.
“Dek. Sekarang dedek gak penasaran lagi kan? Hehehe. Cece gak gendut kan dek?” Katanya malu malu dan masih menunduk tak berani menatap mukaku. Aku gemetar tak berani menjawab.
“Dek. Jawab dong dek. Hehe.” Kata kakakku manja. Dia juga melihat kemaluanku yang sudah membesar. Dia mencolek kemaluanku dan berkata kalau aku sudah terangsang berat.
“Ce… cece gak salah? Telanjang di depan dedek. Dedek laki laki loh ce.” Kataku gugup.
“Iya cece tauk. Dedek gak denger tadi cece ngomong apa? Hehhe. Cuma dedek yang pantas melihat tubuh cece.” Kata dia sambil tersenyum dan sudah berani menatapku dengan tatapan juga senyuman nya yang menggoda.
“B.. badan cece sempurna. Seperti bidadari. A… aku… eeeeee” aku tak dapat berkata apa apa karena terbius heroin eh kecantikan kakakku dan tubuhnya yang indah itu. Dia langsung memegang tanganku dan keluar dari bathtub menggandeng tanganku.
Kami berdua akhirnya jalan bersama ke tempat shower dan mandi bersama sambil berciuman. Aku belum berani menyentuh tubuh kakakku sampai tangannya memegang tangaku dan mengarahkannya ke payudaranya.
Aku hampir berteriak tapi gak jadi. Dia tertawa dan berkata untuk tetap tenang serta meyakinkanku kalau semuanya akan baik baik saja. Tentunya sebagai lelaki, aku juga tak dapat menahan rasa birahi ini dan tanganku mulai bergerak memainkan payudara kakakku dan memutar mutar puting susunya yang berwarna pink.
Tubuh semacam ini terlalu indah untuk ada di dunia nyata yang fana ini. Lebih cocok di hentai atau fantasi tapi yang aku lihat dan pegang ini nyata. Asli nyata bukan mimpi dan khayalan belaka (kecuali cerita ini). Dia tersenyum saat aku memainkan payudaranya dan bertanya apakah aku menikmatinya atau tidak.
Patricia, kakakku yang cantik ini kemudian membilas semua tubuhku sampai bersih. Aku juga melakukan hal yang sama alias menyentuh semua tubuh nya termasuk bagian private nya itu. Saat Aku menyentuh bagian itu, dia mulai mendesah dan aku tak peduli dan tetap membersihkan bagian itu sampai aku rasa bersih.
Kakakku memasang muka cemberut manja. “Deeeek.. jadi orang jangan nanggung nanggung kayak tadi napa.. hieeeee” kata kakakku manja. Aku menjawab, “ya maaf kak. A.. aku tadi ragu. Takut… kelepasan…”.
“Ooh… kirain. Heheh. Habis enak dek. Makasih dek. Badan cece jadi bersih sekarang. Hehehe..” kata kakakku sambil tersenyum. Kamipun keluar dari kamar mandi dan berpakaian. Kami belum mengantuk jadi kami lanjut ngobrol 1001 omong kosong sampai kami berdua tidur.
Sejak kejadian Itu, kami selalu mandi berdua sampai kami kembali ke rumah. Tak jarang kami berdua kadang tidur telanjang. Kakakku kini mulai memakai lingerie tanpa bra tapi memakai kimono tiap kali tidur.
Saat pembagian rapor pun tiba dan kakakku mewakili orang tua kami yang tak ada di tempat, alhasil dia datang ke sekolahku bersamaku. Semua mata memandang kami berdua. Para siswi di sana langsung menghampiri kakakku.
“Ce. Si Lawrence gimana kalau di rumah? Dia cool banget loh. Pendiam tapi pintar dan jago olah raga sama musik.” Tanya Karen, teman sekelas ku. Dia memang selalu setia menempel ku seperti t4ik keinjek aja. Cantik kagak. Bawel iya. Sial emang.
“Dia emang pendiam tapi kalau sakit, kayak anak kecil. Suka bermanja manja sama cece nya. Hehehe. Tapi dia anak baik. Sayang banget sama cece. Cece ya juga sayang banget sama dia. Hehe” kata kakakku yang didengarkan semua siswi sekelas ku. Mereka semua tertawa melihatku dan aku langsung merangkul kakakku dari belakang, sontak mereka semua kaget tak percaya kalau kami bertingkah layaknya kekasih.
“Wajar dong bermanja manja sama cece. Dia juga kadang bermanja manja sama gua. Hehehe” kataku sambil mencium pipi kakakku. Semua siswi kaget dengan apa yang aku baru perbuat dan mata mereka melotot semua. Kakakku cuma tersenyum saja dan membelai mukaku.
Tiap kali kakakku bicara, semua siswi mendengarkannya dengan penuh penghayatan seperti kakakku seolah sedang berkotbah. Mereka semua ingin sekali mengetahui semua hal tentang aku. Kakakku juga bercerita kalau kamu suka bermain piano berdua dan kadang salah satu dari kami bermain gitar kolaborasi dengan piano.
Salah satu dari mereka yang kebetulan menjadi panitia acara perpisahan nanti meminta aku dan kakakku bermain musik bersama. Kami belum mau berjanji untuk tampil atau tidak. Tak lama kemudian, kakakku mengajakku makan siang.
Kami berdua pergi sampai beberapa detik kemudian, kakakku menggandeng tanganku. Semua siswi di sana berteriak “so sweet”. Kami berdua menengok ke belakang kemudian saling tersenyum dan melanjutkan perjalanan kami.
Saat malam perpisahan, banyak siswa siswi mencari pasangan nanti. Aku? Ya emang gak ada pacar tapi aku tidak ada masalah dengan itu. Kakakku ikut mengantarkan aku ke sekolahku. Kami berdua memutuskan untuk tampil di acara perpisahan itu dengan memainkan 2 lagu.
Pertama, kami berdua bermain dengan 1 piano dan setelah itu aku bermain gitar dan kakakku bermain piano. Saat kami tampil, semua orang bertepuk tangan dan terpukau dengan penampilan kami berdua.
Setelah kami selesai dengan penampilan kami, kami berdua langsung pulang dan tak pernah kembali lagi ke sekolah itu alias itu adalah terakhir kalinya aku menginjakan kaki di sana meski acara belum selesai tapi aku tak peduli. Tak banyak kenangan menarik di sana. Aku dan kakakku memang kutu buku dan tidak pernah tertarik dengan kekonyolan remaja dari dulu.
Aku resmi lulus sma dengan hasil sensasional. Aku kini mau melanjutkan study ku di luar negri. Jerman adalah target utama. Aku tak masalah dengan belajar bahasa karena aku tipikal orang yang cepat belajar apapun termasuk bahasa.
Setelah lulus sma, aku memutuskan untuk break sejenak dari dunia pendidikan dan memilih untuk belajar bahasa German di tempat kursus bahasa. Ini juga saat di mana aku dan kakakku semakin banyak menghabiskan waktu bersama dan semakin akrab.
Dalam waktu dekat ini, kakakku juga sudah mendekati saat saat akhir kuliah nya. Dia akan segera diwisuda beberapa bulan lagi dan akan resmi menjadi dokter kandungan. Aku sementara waktu sibuk dengan olahraga dan belajar bahasa Jerman.
Beberapa bulan kemudian, kakakku sudah diwisuda dan dia kini menyandang gelar dokter spesialis kandungan dan akan segera mengurus izin prakteknya. Orang tua kami… ya masih sibuk dengan urusan mereka. Saat ini kami berdua sedang “menganggur”.
Meski orang tua kami jarang di rumah, mereka tetap mengirimkan uang ke kami. Dengan uang yang ada ini, kami pakai untuk jalan jalan lagi dengan uang tabungan yang sudah lama kami simpan. Kakakku yang memikirkan tentang pendidikan aku, memutuskan untuk menemaniku pergi ke Jerman.
Frankfurt adalah kota di mana nanti aku akan mengambil jurusan arsitektur. Kami tiba di sana dan langsung beristirahat. Besoknya aku dan kakakku pergi ke universitas di sana dan bertanya banyak tentang kuliah. Setelah itu, kami berjalan jalan di kota itu untuk melihat kotanya yang besar dan megah.
Kamu tidak menghabiskan banyak waktu di sini karena tujuan kami bukan untuk melancong. Malam hari setelah kami menelusuri semua bagian kota, kami pulang ke hotel untuk beristirahat dan makan malam.
“Gimana Dek? Kotanya bagus. Kampusnya juga bagus dan salah satu terbaik di Jerman. Papa dan mama bisa bantu kamu kok untuk kuliah. Dedek tenang saja ya. Nanti kalau dedek dah kuliah, jangan lupa untuk terus menghubungi cece. Cece pasti kangen sama dedek. Sepi dek…” kata kakakku yang mulai menangis.
“Cece jangan Takut. Aku akan baik baik saja. Dedek gak akan kecewakan cece dan mama papa juga. Dedek akan sukses. Yakin deh ce.” Kataku sambil menyeka air mata nya dan menggenggam tangannya.
“Dek. Jangan nakal ya. Jangan salah bergaul. Jangan merokok dan minum alkohol. Jangan juga berjudi ya. Apalagi narkoba. Jangan ya dek. Janji ya?” Kata kakakku sambil memelas.
“Ce. Selama aku hidup, pernah gak aku bikin cece sedih dan kecewa?” Tanyaku kepadanya. Dia hanya menggelengkan kepalanya.
“Jelas saja. Sekolah pintar, gak pernah ada masalah dan cari masalah dengan orang lain. Jadi mengecewakan keluarga tuh di mana?” Tanyaku kepada kakakku.
“Ok deh. Cece bisa tenang. Kalau bisa dek. Dedek menetap di sini saja. Jadi warga negara sini dan kalau bisa cari isteri di sini aja. Hehehe” kata kakakku yang sudah tidak menangis lagi.
“Gak semudah itu ce. Aku gak pernah bisa membayangkan diriku menikahi perempuan lain. Di hatiku cuma ada cece seorang. Aku gak bisa mencintai orang lain selain cece” kataku. Aku sendiri juga mulai sedih dan mau menangis.
“Ce. Ugh.. apa aku… gak usah kuliah di sini saja? Aku temenin cece aja dah. Lagian aku gak tenang juga kalau cece sendiran. Serem ce” kataku mulai menangis.
“Gak dek. Gak. Cece akan sangat marah dan kecewa kalau dedek begitu. Kalau dedek sayang sama cece, dedek harus kuliah dan sukses. Cece akan baik baik saja. Cece bahkan Dari tadi berpikir untuk pindah ke sini juga.” Kata nya.
Aku sangat terkejut saat mendengar kata kakakku tadi. “Hah??? Cece mau ikut aku? Lah yang jaga rumah siapa?” Kataku.
“Ah mama papa jarang di rumah. Biarkan saja mereka. Paling tinggal suruh siapa kek yang jaga. Kalau gak suruh Tommy saja. Dia kan nanti mau kuliah di kota. Nah, suruh dia nginap di sana aja.” Kata kakakku.
“Hmmm… nanti kita bahas lagi aja ce. Sementara waktu Aku belajar bahasa Jerman dulu agar semakin fasih. Jadi sampai sini gak usah belajar bahasa lagi. Langsung kuliah. Aku penasaran. Aku mau tahu sedalam apa ilmu aku. Kalaupun cece mau ikut Aku, baik. Aku dengan senang hati jaga cece di sini. Nanti kita berdua belajar bahasa ini bersama sama ce” Kataku dengan semangat
“Nah gitu dong. Itu baru dedek. My sweet little brother. I love u” katanya sambil mencium kedua pipiku. Aku juga mencium bibir kakakku dengan mesra dan kemudian meraih kedua tangannya dan berputar putar seperti Jack dan rose di film titanium eh salah titanic.
Kami berdua kemudian berciuman lagi dengan mesra. Bibir dengan bibir saling beradu dan aku menggendong kakakku ke atas ranjang membaringkan tubuhnya. Kedua matanya menatapku dengan pandangan merayu dan menggoda. Aku pun menjawabnya dengan mencium bibirnya.
Kedua tangannya langsung merangkul leherku dan dia menutup kedua matanya sambil berciuman dengan penuh penghayatan. Aku pun menghentikan ciuman itu dan menggendong kakakku ke sofa dan meletakkannya di pangkuan ku. Kedua tangan nya tak pernah melepaskan leherku dan bibirnya juga setia bersamaku. Dia sangat nyaman saat berada di pangkuanku.
Kami kemudian menghentikan ciuman kami dan saling menatap serta tersenyum. Dengan manja dia berkata kalau rasanya sangat berat baginya untuk menjalani hidup tanpa diriku di sampingnya. Aku pun berkata kalau aku akan senantiasa di sampingnya setiap saat.
Aku membelai dan melepaskan ikat rambutnya sehingga rambutnya tergerai dengan indah. Dia kemudian mengajakku mandi bersama lagi. Dengan senang hati aku membawanya ke kamar mandi untuk mandi bersama.
Dia dengan hati hati membersihkan rambutku dan wajahku sambil tertawa. “Dedek. Lucu. Imut. Persis kayak waktu kecil pas cece mandiin. Heheh. Sekarang dedek dah gede. Masih cece mandiin. Hehehe.” Katanya sambil tertawa dan mencium bibirku setelah dia membersihkan wajahku.
Tak lama kemudian dia membersihkan pantat dan penisku sengan pelan dan teliti. Penisku yang sudah disunat itu kepalanya dipijat dan dimainkan sampai aku merasa geli. Dia tertawa dan berhenti memainkan penisku. Kakakku berkata kalau benda ini sekarang bukan cuma buat pipis aja, tapi bisa membuat nasib wanita berubah drastis.
Akupun tersenyum manja. Dia kemudian lanjut memandikan aku sampai bersih dan kini giliran aku memandikan dia. “Nah sekarang gantian dedek membersihkan cece. Membalas budi apa yang cece lakukan waktu itu. Hehehe. Sini ce. Dedek bersihin dulu punggungnya. Muter dong. Syuut syuut…” kataku sambil memutarkan jari telunjuk ku menyuruhnya berbalik.
Dia pun berbalik dan memperlihakan punggung nya yang indah, putih mulus. Aku dengan lembut dan pelan membersihkan punggungnya dan lehernya. Kemudian Aku membersihkan pantatnya dan vagina nya. Dia tertawa geli dan mulai loncat loncat.
Aku pun berhenti membersihkan bagian pantat dan vagina nya. Dia kemudian memutar tubuhnya dan berkata, “kok berhenti…? Nakal. Weeek…” kata kakakku agak cemberut dan kemudian tersenyum menggoda manja. Dia kemudian membalikan tubuhnya lagi dan aku tahu maksud kakakku.
Aku melanjutkan membersihkan pantat dan vagina nya dengan tangan kiriku dan tangan kananku memeluk tubuhnya dari belakang. Dia kemudian memutar kepalanya dan menciumi bibirku. Aku berhenti membersihkan vagina dan pantat nya dan kini sibuk berciuman dengan kakakku dengan mesra di bawah pancuran shower.
Setelah saling memandikan, kami keluar dan berpakaian. Kakakku menggunakan gaun malamnya yang berwarna putih, tanpa bra dan ditutupi kimono. Setelah dia mengeringkan rambutnya, dia berbaring di sampingku dan mencium pipiku.
Akupun membalasnya dengan mencium pipinya dan bibirnya. “Dek. Kalau nanti cece ikut dedek, kita sewa apartement studio saja dek. Gimana Dek? Nanti cece bangun pagi, memasak buat dedek. Pas dedek masih bobo, bisa langsung bangun mencium masakan cece. Hehehe” kata kakakku.
“Aku sih gak masalah ce. Tapi apa muat untuk barang kita berdua? Mending kita sewa apartement 2 kamar saja ce. Menurut cece gmn?” Tanyaku kepada dia.
“Hmm. Benar juga katamu dek. Coba besok kita lihat lihat apartment yuk sekalian kita jalan jalan di taman bunga. Ada taman bunga yang bagus di sana. Cece suka bunga. Besok kita ke sana ya” kata kakakku dengan semangat.
“Pasti ce. Asal cece senang. Aku senang. Hehehe. Lagian bahasa Jerman aku dah lumayan kan? Belum 1 tahun belajar nih. Hehe” kataku.
“Iya. Dedek cepat belajar banyak hal baru termasuk bahasa. Oh iya dek. Cece juga harus belajar bahasa Jerman. 2 tahun deh paling lama, cece dah pasti fasih. Hehehe” kata kakakku seolah menantangku.
“Boleh. Coba aja aja ce. Hehehe. Ce. Bobok yuk. Dah malam.” Kataku.
“Yuk dek bobo. Mau cece nyanyi lagi gak de? Biar dedek bobok nya cepet. Hehe” kata kakakku.
“Pastinya ce. Gimana gak nyenyak bobonya kalau ada suara bidadari” kataku sambil tersenyum.
Dia kemudian memelukku dan membenamkan wajahku di dadanya dan membelai rambutku serta mulai bernyanyi dengan lembut. Dalam hitungan detik saja… Aku tidur…
Besok paginya kami bangun dan langsung melihat lihat apartement di pusat kota dan dekat dengan kampus nanti. Setelah melanglang buana ke sana sini, kami akhirnya menemukan yang kami rasa nyaman dan cocok. Lokasi nya juga tidak begitu jauh dari kampus ku tapi ya kami belum membuat deal dsb. Berharap saja semoga masih ada tempat kosong nanti di sana.
Setelah itu kami kemudian makan siang dan beristirahat sejenak sebelum menuju ke taman bunga. Setelah beristirahat, kami menuju taman bunga. Sungguh mati. Tempat itu sangat indah seperti surga.
Kami berdua berjalan dan bergandengan tangan. Aku memetik sekuntum bunga mawar dan meletakkannya di telinga kakakku seraya berkata, “ini untuk cece tersayang. Perempuan paling cantik dan baik yang pernah kumiliki dalam hidupku.”
Dia tersenyum mesra dan merangkul leherku. Kamipun berciuman dengan mesra sambil berpelukan. Kami berfoto berdua dan meng upload foto foto kami di media sosial. Banyak yang memuji kecantikan kakakku dan tak sedikit teman teman perempuan kakakku yang berkata kalau aku sangat tampan.
Setelah menghabiskan waktu di sana, kami pulang dan beristirahat. Besok kami segera pulang ke rumah, jadi malam ini adalah malam terakhir kami di Jerman. Kami berbincang bincang sebelum mandi.
“Ce. Kayaknya negara ini tempat yang bagus. Aku akan betah di sini. Apalagi kalau ada cece bersamaku. Aku ingin segera memulai hidup baru di sini bersama cece.” Kataku dengan semangat.
“Iya Dek. Cece akan segera mengurus surat surat dan semua dokumen yang dibutuhkan. Tapi dedek nanti kangen gak dengan temen temen dedek?” Tanya kakakku.
“Peduli amat. Teman seperti uang di dompet kita ce. Mereka datang dan pergi. Mereka yang pergi belum tentu kembali dan nanti akan ada yang baru dan datang menggantikan mereka yang pergi. Itulah hidup ce. Tak ada yang abadi kecuali cece yang selalu abadi di hatiku.” Kataku..
Kakakku terharu dan sangat kagum dengan perkataan dan caraku berpikir yang jauh sangat dewasa untuk pemuda seusiaku. Dia kemudian mendekatiku dan menciumi bibirku dengan mesra.
“Cece belum pernah bertemu dengan laki kali seperti dedek. Kalau saja kita tak sedarah, cece mau menikah sama kamu dek.” Kata kakakku yang menatap mataku dengan dalam dan mesra.
“Aku juga begitu ce. Cintaku ke cece tak akan bisa tergantikan oleh siapapun.” Kataku sambil mendekatkan wajahku dan mencium bibirnya dengan lembut dan mesra. Di malam yang dingin itu, aku dapat merasakan kehangatan yang luar biasa dari kakakku.
Aku menghentikan ciumanku. Jujur saja. Aku sangat menikmati apa yang kulakukan tadi tapi aku masih menjaga sikap dan harus bisa menahan diri. Dia kakakku. Aku harus melindunginya. Kami berdua kemudian tertidur sambil berpegangan tangan.
Besok paginya kami bersiap siap untuk pulang. Setelah melewati ber jam jam di dalam pesawat, kami pulang ke rumah dan membereskan barang barang kami. Tak lama setelah kemudian, kami beristirahat.
Besoknya kakakku segera mengurus surat surat yang diperlukan untuk pindah ke Jerman sana. Proses memakan banyak waktu dan uang juga. Dia sendiri mulai belajar bahasa Jerman bersamaku.
Suatu malam, kakakku mengajakku keluar. Di dekat rumah kami ada lapangan kosong. Dia ingin melihat bintang bintang di malam hari. Dulu waktu kami kecil, kami senang pergi ke sana untuk melihat pemandangan langit di malam hari.
“Dek. Jalan jalan ke lapangan yuk dek. Lihat bintang. Bosan di rumah mulu. Yuk temenin cece.” Katanya sambil menggenggam tanganku.
“Ayuk ce. Dah lama gak lihat. Kangen juga masa Masa itu” kataku dengan semangat.
Akhirnya kami berdua berjalan ke lapangan kosong itu. Lapangan ini tidak jelas siapa yang punya dan hanya dibersihkan apa adanya tapi tetap rapih tak ada ilalang. Kami sudah di lapangan dan duduk berdampingan di atas rerumputan sambil memandangi bintang. Kakakku menyandarkan kepalanya di bahuku dengan senyum.
“Dek. Nanti kalau ada bintang jatuh, cece dulu yang nunjuk ya… nanti kalau ada lagi.. baru dedek ya… ok?” Katanya sambil tersenyum manja.
“Beres ce. Asal cece seneng dah. Hehehhe.” Kataku.
Sebuah bintang jatuh turun dan Patricia menggenggam tangannya seperti orang berdoa. “Aku ingin aku dan adikku selalu bersama selamanya dan saling mencintai.”
Kami bersanding bertatapan dan tersenyum. Dia mendekatkan wajahnya ke arahku dan kami pun berciuman mesra lagi. Setelah kami berciuman, Aku menyuruh kakakku duduk di pangkuan ku dan beberapa saat kemudian… sebuah bintang jatuh lagi.
“Aku mau aku dan kakakku selalu bersama selamanya, saling mencintai dan tak akan terpisahkan.” Kataku. Patricia langsung memelukku dengan manja dan mulai menangis.
“Malam ini rasanya indah banget dek. Sunyi tapi hati damai. Dingin tapi rasanya hangat karena ada dedek di samping cece. Dek. I love you.” Kata kakakku.
“I love you too, ce” kataku sambil memeluknya dengan erat dan mesra. Aku pun memgecup dahi nya dengan lembut dan mesra. Aku tak bisa membayangkan kalau kakakku tidak ada di sampingku. Rasanya seperti makhluk hidup tanpa kehidupan.
“Ce. Rasa sayangku ke cece lebih dalam dari lautan. Rasanya Aku gak bisa mencintai wanita lain selain cece seorang.” Kataku sambil menatap matanya dengan dalam dan berbinar binar.
“Cece juga sangat sayang sama dedek. Rasanya berat kalau cece harus hidup tanpa ada dedek di samping cece.” Kata kakakku yang masih menangis. Aku terus memeluknya dan menciumnya.
Di lapangan tak ada siapapun yang lewat karena di malam hari, hampir tidak pernah ada orang. Tempat ini bisa dibilang terbengkalai” dan para penghuni setempat tidak peduli lagi dengan lapangan ini. Dahulu sekali, aku ingat aku dan kakakku berlari lari di sini pada malam hari dan bermain layangan.
Setelah kakakku berhenti menangis, aku mau ke rumah sebentar mengambil layangan yang masih aku simpan di tempat yang aman. Tak lama kemudian aku kembali membawa layanganku yang masih utuh dan sehat.
Aku dan kakakku berlali lari di lapangan kosong itu sambil bermain layangan di malam hari bersinarkan terang bintang dan bulan. Layaknya anak anak. Kami berdua tertawa, kejar kejaran dan sampai berguling guling di atas rerumputan itu.
Terbawa suasana, kamipun berciuman kembali sambil bergulingan di atas rumput. Perasaanku sangat kacau balau. Terharu, cinta, nafsu, kenangan dan apapun itu berada di benakku membuatku tak bisa berpikir jernih.
Kami menghentikan ciuman kami kembali main kerjar kejaran seperti tadi. “Dek. Yuk pulang. Dah malam. Hahaha. Rasanya seru nya.. kembali ke masa lalu” katanya.
“Iya ce. Seru. Yuk pulang ce” kataku sambil menggenggam tangannya dan berjalan menuju rumah. Kami mandi lagi karena kotor. Jelas saja. Guling guling di rerumputan. Malam itu, karena terbawa suasana, kami berciuman kembali dan lebih menggila dari sebelumnya.
Tanganku sudah bergerilya di dadanya. Desahan darinya semakin kencang. Aku pun semakin bergairah dan dengan segera membuka gaun malamnya sehingga aku bisa melihat jelas kedua payudaranya yang indah itu.
Aku pun mulai menghisapnya dengan lembut dan pelan. Dia menggelinjang karena geli dan kedua tangannya memegang kepalaku seolah dia tak mau melepaskan aku. Aku pun turun ke perutnya dan menciumnya seraya membayangkan kalau saja rahim itu diisi oleh ku.
Kakakku semakin mendesah dan gairahnya semakin memuncak. Aku mulai melepaskan celana dalamnya dan terlihat sudah kemaluan indah itu. Hanya sedikit rambut kemaluan yang tumbuh di daerah sana dan aku mulai mencoba mengecup vaginanya dan menjilatnya.
Dia berteriak dengan kencang. Aku memang belum pernah bercinta Dengan wanita tapi aku pernah menontom film porno juga. Wajar saja sebagai laki laki. Aku tahu titik nikmat yang disukai wanita di mana dan aku pun menemukannya.
Klitoris itu senantiasa kujilat dan aku mainkan dengan ujung lidah ku. Dia berteriak dengan kencang dan berteriak memanggilku. “Dek. Dedek… ohhhhh. Dek. Enak… oh… ahhh. Sudah dek..” katanya sambil memelas.
Aku pun menghentikan kegiatanku dan kembali menciumi dirinya. Dia dengan kedua tangannya melepas celana dan celana dalamnya sehingga kami berdua sudah dalam keadaan telanjang.
Bibir kami kembali saling beradu dan lidah kami saling bermain. Tangannya sudah meremas remas kemaluanku. Dia kemudian membalikan tubuhku dan kembali menciumi bibirku dengan jauh lebih buas dari sebelumnya.
Kepalanya kini berbaring di atas dadaku yang bidang karena aku rajin olahraga. Dia terlihat sangat nyaman di sana dan mukai tertidur dengan lelap. Aku pun juga bingung dan galau serta takut. Aku jujur tak ingin melewati saat saat seperti ini tapi dia kakakku sendiri.
Kami terbangun di pagi hari dan kami berdua tersenyum malu dengan apa yang kami perbuat semalam. “Dek. Nakal ya semalam. Belajar dari mana hayoooo?” Kata kakakku dengan senyumnya yang nakal.
Aku jawab, “ya… namanya lelaki ce. Mau gimana lagi? Hehehe…” kataku tersenyum malu.
“Awas kalau dedek coba coba ama perempuan lain ya…!” Kata kakakku mengancam dan tersenyum.
“Gak akan ce. Gak akan. Cece tenang aja. Cuma cece di hatiku. Aku sayang cece. selamanya.” Kataku sambil mengusap pipinya dan mencium bibirnya kembali.
Kamipun kemudian mandi bersama lagi. Kami semakin seperti suami istri daripada kakak adik. Kami tak malu lagi untuk bergandengan tangan ke manapun kami pergi.
Hari hari yang tidak jelas selain belajar bahasa dan olah raga bersama, kami berdua yang senang olah raga mau mencoba belajar muaythai. Selain untuk kesehatan dan karena sudah bosan di tempat gym yang isinya itu itu aja… ya udah coba aja yang 1 ini. Buat jaga jaga aja, bukan cari masalah loh… Dengan kegiatan baru ini, tubuh kami berdua semakin terbentuk dan terlihat lebih berotot.
Suatu hari, kedua orang tua kami pulang. Kami berempat membahas tentang rencana kami di masa depan nantinya. Semua terlihat baik baik saja… sampai…
I: ibu
A: ayah
P:
L:
I: Patricia. Nak. Kamu dah cukup dewasa untuk menikah. Kamu belum mau menikah? Mau mama carikan calon untukmu nak?
P: gak ma. Belum mau. Aku mau jadi dokter dulu
I: iya tau. Tapi bukan artinya gak menikah kan?
P: iya itu mah gak bisa janji. Siapa yang akan tahu?
A: kalau bisa sih menikah aja. Dokter mah nanti aja. Heheh
L: kata saya sih mending nanti aja dah. Menikah itu pilihan. Punya anak juga pilihan. Ini abad 21. Bukan jaman sebelum masehi. Jadi jangan terlalu jadi beban atau merasa ada kewajiban.
I: kamu ini tahu apa?! Kamu bukannya ambil jurusan ekonomi buat usaha papa kamu malah kamu jadi arsitek. Ngapain coba sih?!
P: sudahlah ma. Kalau dia mau nya begitu ya… mau gimana lagi?
A: kamu harusnya dengar omongan kami dari dulu. Terserah kamu lah. Paling nanti usaha papa kasih ke paman kamu saja. 5.50
L: terserah kalian. Kami bukan robot yang bisa kalian atur semena mena.
P: dek. Tahan dek. Sabar.
I: mama capek urus kalian. Gak mau nurut semua. Bikin orang kesal saja.
P: ya gini deh ma, pa. Terima kasih atas semuanya. Tapi kami kan sudah dewasa untuk menentukan jalan hidup kami sendiri.
A: selalu saja begini tiap kali kami pulang. Gak ada damai. Gak bisa sekali saja senang. Bikin hidup orang susah saja
P: lah itu kan pilihan kalian sendiri. Maksa aku nikah lah. Suruh dedek kuliah ekonomi lah. Kami anak loh. Manusia juga. Bukan hewan!
I: kakak adik sama saja. Gak ada bedanya. Susah diatur!!
L: suruh siapa ngatur? Sekarang lihat saja.. siapa yang susah sendiri?
A: *menghela nafas panjang* ya sudah lah. Papa minta maaf. Papa gak akan paksa kalian berdua lagi.
I: kita lihat saja nanti. Semoga kalian bisa berubah.
L: berubah jadi apa? Anjing? Supaya bisa kalian atur?
P: dek. Sudah dek. Sudah! Denger kata cece. Sudah. Tahan…
I: kenapa sih kalian gak bisa bikin orang senang?
P: emang kami es krim apa bisa bikin semua orang senang? Sekolah? Kami semua pintar dan selalu ranking 1. Kami hidup sehat. Gak ada ulah macam macam. Aku gak tidur dengan laki kali yang gak jelas. Dedek gak pernah bawa perempuan gak jelas masuk. Uang gak sembarang pakai. Semua jelas. Gak ada untuk omong kosong.
L: ce. Sabar ce. Sabar. Tahan ya.
A: sudah!!! Cukup!!! Ma… sudah lah. Mereka berhak menentukan jalan hidup mereka. Saya gak mau mereka seperti saya. Biar mereka mengejar impian mereka. Jangan kayak papa. Dulu papa juga mau jadi dokter tapi gak kesampaian.
P: *menangis* pa. Makasih pa. Hiks…
A: nak. Sayang. Papa sayang kalian semua. Pergilah dan kejar cita cita kalian. Soal perusahaan papa, tenang saja. Kalian akan tetap mendapatkan hak kalian. Papa jamin itu.
L: makasih ya pa. Makasih banyak.
I:… baiklah.. mama ingin terbaik untuk kalian berdua, tapi *ikutan nangis aja dia* mama rasa harapan dan kenyataan tak selalu sejalan. Pergilah kalian mengejar cita cita kalian. Dan mama gak akan paksa kamu menikah lagi nak.
P: * makin menangis * Makasih ma. Aku sayang kalian semua.
A: sudah sudah. Pusing lihat opera sabun kayak gini. Nanti malam kita makan bersama ya… besok siang mama dan papa harus ke luar kota lagi.
Kamipun berempat pergi makan malam bersama. Semua berjalan baik baik saja dan selesai makan malam, kami pulang dan malam ini kami tidak tidur bersama. Aku tidur sendiri dan kakakku juga sama.
Rasanya aneh dan sangat hambar seperti sayur tanpa garam malam itu. Dingin dan sepi. Ingin rasanya aku menyusup ke kamar kakakku tapi aku tak mau kena masalah. Mungkin saja kakakku blm tidur.
Aku coba hubungi dia dan ternyata dia juga sama saja… merasa hampa dan aneh. Kami terus berkomunikasi sampai kami tidur melalui hp. Sebelum kami bangun, kedua orang tua kami sudah pergi ke airport menuju luar kota.
Meski kami berdua senantiasa mengalami konflik dengan kedua orang tua kami, mereka tetap orang tua kami dan kami selalu sayang mereka. Hal yang wajar rasanya konflik anak dan orang tua.
Kali ini kami sudah merdeka dalam artian tak ada beban lagi di dalam hati kami. Kami bebas memilih jalan hidup yang kami inginkan. Kakakku ternyata memutuskan untuk mengambil gelar s2 di bidang kedokteran.
Kami berdua sebenarnya memiliki banyak teman tapi kami lebih suka menyendiri dan fokus dengan studi dan cita cita kami. Teman hura hura tak jelas hanya jadi penghalang. Memang sangat disayangkan mengingat umur kami masih relatif muda tapi pilihan adalah pilihan. Hidup adalah pilihan.
Ya Kami memilih untuk menjalani hiduo kami tanpa peduli orang lain seolah mereka tidak pernah ada. Di mata dan hatiku hanya ada kakakku seoang saja. Aku menjalani hidupku dengan damai meski bisa dibilang monoton bagi beberapa orang tapi aku tak peduli.
Urusanmu adalah urusanmu. Urusanku adalah urusanku. Urus urusan masing masing. Dengan sikap seperti inilah kenapa saat sma banyak siswi yang tertarik padaku tapi ya.. Aku tidak tertarik dengan drama sma. Sekolah ya sekolah, tempat belajar, bukan biro jodoh.
Hari berganti hari. Bulan berganti bulan. Kami kemudian akan menghadapi ujian bahasa Jerman. Kami yang sudah merasa fasih ini tentu saja melewatinya dengan nilai gemilang dan nyaris sempurna.
Semua dokumentasi sudah siap. Akomodasi juga sudah beres. Yang perlu kami lakukan adalah tinggal bawa badan (dan pakaian) ke sana. Kami akan pergi ke sana dalam waktu 2 minggu. Sementara itu Tommy*, sepupu kami akan datang beberapa hari sebelum kami pergi.
(Tommy bukan karakter penting. Hanya figuran saja).
Dalam waktu tinggal 2 minggu ini, kami ingin manfaatkan dengan baik. Menghabiskan waktu bersama beberapa teman kami adalah salah 1 nya dan tak butuh banyak waktu buat mereka. 2 hari saja sudah cukup.
Dengan adanya kami berdua di rumah, kami bebas melakukan apapun yang kami mau. Mandi bersama sudah menjadi kewajiban kami. Tidur berdua sudah pasti. Saat kami menonton drama di kamar, kakakku terbawa suasana. Biasa.. wanita.
Dia menyandarkan kepalanya di bahuku. Aku membelai rambutnya dan mencium kepalanya dengan mesra dan lembut. Tak lama kemudian, wajahnya menghadap ke arah ku dan tangannya memegang daguku memalingkan pandanganku ke arahnya.
Kami berciuman lagi dengan mesra. Aku bisa merasakan kelembutan tangannya di wajahku. Dia menutup matanya dan sangat menikmati ciumannya bersamaku. Bagiku, dia sudah seperti kekasih dan istriku, bukan hanya kakakku saja.
Dia menaikan Kedua kakinya di pangkuan ku dan aku sudah tau maksudnya. Dia minta digendong ke kamar dan dibaringkan di atas ranjang. Aku pun menggendong nya dan meletakan tubuhnya di atas ranjang. Kami pun melanjutkan ciuman kami yang tertunda tadi.
Kecupan demi kecupan beriringan dengan suara desahan kami berdua di kamar itu. Tak tahu sampai kapan hubungan terlarang ini akan berakhir atau mungkin sebaiknya tidak berakhir. Aku yang sudah terangsang akhirnya melepaskan pakaian kakakku yang hanya memakai kemeja ku berwarna putih yang ukurannya terlalu besar buatnya dan tidak memakai bra.
Dia juga tidak menggunakan celana selain celana dalam. Bukan hal yang sulit buatku untuk melepaskan pakaiannya dan celana dalamnya. Dengan tubuh yang sudah telanjang ini, aku semakin bernafsu dengan keindahan tubuh kakakku. Kakakku yang sudah telanjang ini kemudian melepaskan semua pakaianku.
Kami berdua sudah telanjang bulat. Kedua mata kami saling bertatapan dengan dalam dan penuh makna dan cinta. Kakakku kemudian tersenyum dan mulai merangkul leherku serta menciumi bibirku dengan penuh nafsu.
Aku juga yang sudah sangat bergairah ini ikut mencium nya dengan penuh nafsu dan kedua lidah kami sudah saling bertukar serangan. Kakakku kemudian menghentikan Ciumannya dan memegang wajahku dengan kedua tangannya seraya menatap kedua mataku dengan senyuman.
Aku pun tersenyum manja dan dia mengecup bibirku. Aku kemudian membenamkan wajahku ke payudara nya. Dia mulai mendesah dan tersenyum nakal. Tangan diriku meremas payudaranya dengan lembut. Dan mulutnya memainkan puting payudara 1 nya lagi yang berwarna pink itu.
Puting itu aku pijat pijat dan aku putar putar sehingga dia mulai tertawa geli tapi tawa itu hilang karena desahan langsung menyusulnya. Aku sangat senang memainkan puting susunya yang sudah mengeras itu. Tak lama kemudian aku mulai menyedot dadanya.
Dia bertindak layaknya seorang ibu yang sedang memberi asi ke anaknya. Dengan sabar dan lembut dia membelai kepalaku dan punggungku seolah dia mempersilahkan aku melakukan apapun yang aku mau dengan payudara nya yang indah itu. Setelah selesai memainkan payudaranya, aku kemudian mencium kedua payudara indah itu sebagai ucapan terima kasih.
Aku kemudian turun ke perutnya dan menciumi pusarnya. Sungguh tubuh nya indah layaknya foto model. Perutnya rata dan kencang. Dengan iseng kujilat pusar itu dan dia mulai tertawa geli. Aku juga tertawa dan langsung turun ke vaginanya.
Aku sudah tahu mana yang harus aku tuju. Klitoris itu aku mainkan dengan llidahku. Kakakku langsung berteriak. “Ahhhh ahhh enak dek. Ahhh ohh ooooh enak… ahhhh geli dek… ooohhh sayang… ahhhhh dedek… ooohhhhh… I love you dek”
Semua permukaan vagina nya aku sikat dengan lidahku berkali kali. Dia tak bisa membuka matanya karena nikmat yang dia dapat dari permainan lidahku. Air mata nya sampai keluar membasahi wajahnya yang cantik. Aku kemudian menciumi wajah cantik itu dengan nafsu.
Kedua tangannya kembali merangkul leherku kembali dan dia malah membalikan tubuhku sehingga dia kini berada di atas tubuhku. Dengan nafsu binatangnya, dia melumat bibirku sampai tak membiarkan aku bernafas.
Dia juga kemudian turun menjilati dadaku dan perutku yang berotot itu. Yang kutunggu atau ditakuti olehku akhirnya tiba. Penisku mulai dipegang oleh tangan kakakku. Dia menatapku dengan senyum nakal dan mulai mengusap usap batang kemaluanku dengan nakal.
Penisku kemudian dikocok kocok dengan pelan. Sungguh Aku gemetar dengan kelembutan tangannya yang menyentuh penisku. Belum lagi ditambah senyum manja dan nakal nya yang menggoda iman itu membuatku hampir saja pingsan.
Dia seolah sedang menggoda diriku dengan mengocok penis ku sambil tersenyum menggoda dan sesekali tertawa. “Kenapa Dek? Dari tadi mendesah mulu? Ada yang mau dikeluarkan ya? Hehhe. Punya dedek gede. Cece cium ya. Kasih cupang juga. Biar jadi tanda kalau burung ini punya cece. Jadi dedek gak bisa macam macam nanti.
“Ce… emang cece… Udah pernah… be.. begituan?” Tanyaku dengan penuh rasa gugup dan takut.
“Gak lah dek. Cece juga sama kayak dedek. Pernah nonton juga. Belum lagi cece dokter. Melihat ini mah dah gak aneh lagi” katanya dengan santai dan tersenyum.
Dia dengan setia mengocok dan memainkan penisku. Senyumnya tak pernah hilang dari wajahnya seolah penisku itu adalah mainan barunya yang menarik. Dengan pelan tangannya yang lembut naik turun memijat penisku dan mengurut nya.
Aku tak berhenti mendesah karena rasa nikmat. Penisku dimainkan oleh perempuan yang paling aku cintai dan dia sedang dalam keadaan telanjang bulat. Matanya senantiasa menatap penisku dengan senyuman yang manis menghiasi wajah cantiknya.
“Ce… Enak… asik ce… uhhhhh… ce… jangan kelamaan… uhhh.. dedek… ter… siksa… ce… uhhh” kataku sembari memohon.
“Biar aja. Heheh. Ini kan mainan baru cece sekarang. Cece yang punya burung ini. Bukan dedek. Hihihi. Dedek kasihan ya. Pasti merana… ada yang mau dikeluarkan tapi gak bisa. Hehehe” kata kakakku dengan tawa devil nya itu.
“Ce… Aku mohon… ce… enak… dedek… mo… hon… ke… luar… in…” pintaku kepadanya.
“Hmmm… keluarin gak ya… hmm… kasih gak ya… hehehe… lihat nanti ya dedek sayang. Nah sementara dedek sini. Cece pangku dulu. Dedek kalau mau nenen ama cece juga boleh.” Katanya meledek.
Dia melepaskan tangannya dari penisku dan aku merangkak ke arahnya untuk duduk di atas pangkuan nya. Tangan kirinya menahan punggungku dan tangan kanannya masih memainkan penisku.
Dia kemudian berbisik, “maaf ya dek. Tadi cece dah usil. Sini cece bantu keluarkan. Sabar ya dedek sayang.” Katanya dengan lembut dan mengecup bibirku.
Aku sudah mulai menangis karena terharu dan tahu kalau penderitaanku akan berakhir. “Dedek. Kalau dedek dah mau keluar, ngomong ya… cece dah siapin tissue. Biar nanti gak belepotan ke mana mana. Hehehe” katanya dengan senyum.
Dia kemudian menyodorkan payudaranya ke wajahku. Aku kemudian menghisap puting susu nya dan memainkan lidahku. Dia mulai mendesah tapi dia lebih fokus memberikan aku kepuasan. Kocokan nya yang tadi lambat kini mulai menjadi lebih cepat dan semakin cepat.
Aku akhirnya melepaskan payudaranya dari mulutnya dan mulai mendesah. Kakakku yang tau aku akan mendapatkan orgasme mulai memelukku dengan erat.
“Dek… tahan dek… tahan dedekku sayang… cece peluk sini sayang…” Katanya sambil berbisik. “Aargh ahhhhh.. ce… cece… ahhh… I love you…”
Aku pun mendapatkan orgasme ku dengan bantuan tangan kakakku yang lembut. Dia memeluk ku dengan sangat erat dan kemudian dia membersihkan semua spermaku dengan tissue.
Kakakku memelukku di pangkuan nya sampai aku merasa lebih nyaman dan kemudian pelukan itu pelan pelan dilepas. Tubuhku diturunkan di atas ranjang dalam posisi terlentang. Dia menatapku dengan lembut dan penuh rasa sayang.
Tak lama kemudian, dia mengecup bibirku dan membelai wajahku. Entah kenapa dia menangis. “Cece kenapa nangis?” Tanyaku.
“Cece senang aja lihat dedek tadi kayaknya senang bener” kata nya.
“Dedek. Lusa Tommy datang loh. Nah besok malam cece mau siapin kejutan buat dedek. Hehehe” kata kakakku.
“Kejutan apa ce?” Tanyaku
“Kejutan ya kejutan. Make tanya… Heheh” katanya.
“Dedek. Yuk ke kamar mandi. Kita mandi bareng lagi. Yuk dek.” Ajak kakakku sambil mengulurkan tangannya.
BERSAMBUNG....